Sejarah Candi Kotes Blitar

Your Ads Here



Candi Kotes adalah sebuah candi yang terletak di sebelah selatan Lereng Gunung Kelud, atau tepatnya  berada di Dukuh Sukosewu,  Kecamatan Gandusari, Kab. Blitar. Candi ini dapat diakses dengan perjalanan jalur jalan raya Blitar – Malang lalu Kecamatan Talun. Setelah dari Kecamatan Talun, pengunjung menaikki ojek dengan jarak tempuh sekitar 5 km.


Candi Kotes ini berdiri sejak tahun 1302 Masehi,yang  merupakan salah satu aset warisan budaya sejarah leluhur kita. Candi ini masih sejenis dengan candi Penataran yang terletak di kecamatan Nglegok, Blitar. Walaupun candi Kotes ini tidak terkenal seperti Candi Penataran, namun ternyata candi ini berumur lebih tua sekitar 8tahun dibanding Candi Penataran. Candi Kotes adalah sebuah peninggalan jaman Majapahit yang berada di Desa Sukosewu.
Candi ini terdiri dari sebuah altar dan sebuah bangunan utama di belakangnya. Pada bangunan utama Candi Kotes terdapat beberapa umpak yang biasanya berfungsi untuk menopang atap candi. Kemungkinan atap candi ini terbuat dari bahan yang tidak tahan lama, mengingat komponen-komponen candi yang tidak terpasang hanya sedikit. Candi Kotes terdiri dari dua bangunan yaitu bangunan candi I dan bangunan candi II. Pada bangunan I berupa sebuah batur yang berukuran panjang 3,5 meter, lebar 2,4 meter, dan tinggi 1,4 meter.
Candi Kotes, merupakan  sebuah candi dengan komplek bangunan yang terdiri dari dua buah bangunan berupa batur. Candi ini tersusun  dari batu andesit berupa pelipit-pelipit dengan tangga naik berada di tepat sebelah barat. Diketahui bahwa candi Kotes ini memiliki angka tahun sekitar 1222 Saka dan 1223 Saka, dan dapat di perkirakan bahwa bangunan ini sejaman dengan masa pemerintahan Raja Raden Wijaya, yaitu merupakan Raja pertmana Kerajaan Majapahit (Tim Penggali dan Perumus Hari Jadi Kabupaten Blitar, 1976: 39-40).
Kemudian berdasarkan prasasti Gunung Butak dari tahun 1294 M, Raden Wijaya ini memperoleh bantuan dari orang orang atau masyarakat desa Kudadu dan sekitarnya ketika sedang menghadapi serangan dari Jayaketwang. Demikian pula ketika pasukan Raden Wijaya menyerang balik Jayakatwang di Kediri, Raden Wijaya ini juga mendapat bandtuan dari orang orang yang berada di daerah Kotes dan sekitarnya.
Sebagai kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang raja yang telah mendapat kemenangan, biasanya ia menghadiahkan tanah kepada kepala desa berupa sima. Atau berupa pendirian bangunan suci untuk agama. Hingga akhirnya ketika Raden Wijaya menjadi raja, ia menganugerahkan bangunan suci keagamaan yang berada di daerah Kotes sekarang. Sampai saat ini fungsi dari candi belum dapat diketahui, diperkirakan sebagai tempat pemujaan.
Your Ads Here

Your Ads Here

Your Ads Here

Your Ads Here

Postingan Lebih Baru Postingan Lebih Baru Postingan Lama Postingan Lama

Postingan Terkait

Your Ads Here